Tidak Semua Menderita Di Bawah Bendera Euro

monexnews - Tidak semua negara terbebani oleh penggunaan mata uang euro, meski negara ekonomi kecil sekalipun. Adopsi valuta tunggal secara matang nyatanya mampu mengangkat kinerja ekonomi beberapa anggota.


Salah satu pemerintahan yang mampu mengimplementasikan kebijakan moneter via mata uang euro adalah Estonia. Negara pecahan Soviet ini sekarang menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat di kawasan. Saat anggota yang lebih mapan seperti Yunani, Portugal dan Spanyol, mengalami guncangan, negara baltik ini justru sangat menikmati aroma kemajuan di bawah bendera euro.

Performa perdagangan dan tingkat tenaga kerja negeri ini terbilang cemerlang. Konsumen dan pebisnis tidak harus membayar bunga besar dalam aktifitas usaha sehari-harinya. Sementara kerjasama perdagangan dengan Finlandia (mitra dagang utama yang juga anggota euro) makin erat seiring waktu. Banyak perusahaan asal Finlandia memilih berbisnis di Estonia karena biaya operasional di negara ini nyaris 50% lebih ringan ketimbang di negara asalnya.

Sebelum bergabung dengan euro, catatan fiskal Estonia sangatlah buruk. Tingkat perekonomian bahkan anjlok sampai seperlima kali pada 2008 dan 2009 akibat gelembung sektor properti dan krisis finansial global. Untuk mempertahankan legitimasi, pemerintah sampai harus memangkas upah pegawai negeri sebesar 10%, menaikkan pajak dan memungut dividen lebih banyak dari BUMN. Kontribusi pensiun bahkan dibekukan agar negara dengan ibukota Tallin ini bisa memenuhi syarat untuk bergabung dengan euro.

Hasilnya kini terlihat jelas. Hingga akhir tahun 2011, rasio hutang publik negara Estonia hanya sebesar 5,8% atau beban terkecil di seluruh Uni Eropa. Neraca keuangan pemerintah Toomas Hendrik Ilves bahkan mencatat surplus. Pertumbuhan ekonominya tahun lalu menguat 7,9% dibanding periode buku 2010. Pengadopsian euro langsung melambungkan posisi Estonia di mata mitra dagang, yang makin gemar meng-impor dari negara ini.

Namun krisis Eropa turut mengganggu psikologis ekonomi Estonia. Rumor soal perpecahan euro dan devaluasi mata uang anggotanya membuat pelaku bisnis dan masyarakat menjadi was-was. Bukan hal yang mudah bagi semua elemen ekonomi untuk menerima krona sebagai mata uangnya. Apalagi beban hutang Estonia tercatat dalam denominasi euro. Suatu beban teramat besar jika pemerintah harus membayarnya dengan nilai tukar krona seperti sedia kala. Tidak heran jika 56% warga masih menghendaki penggunaan euro, sebagaimana hasil survei pemerintah Oktober silam.

(dim)

1 Komentar untuk "Tidak Semua Menderita Di Bawah Bendera Euro"

Security, peace of mind entrepreneurship. Riding, practical man.

ini blog dofollow , U comment I follow

Back To Top